Powered By Blogger

Minggu, 19 Juli 2020

ABIMANYU

Gambar grafis tokoh abimanyu gaya prayungan oleh Andi Wicaksono, S.Sn., M.Sn.
Raden Abimanyu
(Gambar Grafis : Andi Wicaksono, S.Sn., M.Sn.)


Dasanama           : Angkawijaya, Jayamurcita, Partatanaya

Gender                : Pria; golongan kesatria; dengan sebutan Raden

Nama Ayah         : Raden Arjuna (Raden Janaka)

Nama Ibu            : Dewi Wara Sumbadra

Istri                      : Dewi Siti Sundari dan Dewi Utari

Anak                    : Raden Parikesit

Kasatrian            : Plangkawati (Surakarta); Tanjunganom (Yogyakarta)

 

Cerita                   : Mahabrata

Jenis tokoh           : Putran Alusan.

Ciri-ciri                 :

Wajah luruh, mata gabahan, hidung wali miring, praupan hitam (Surakarta); emas (Yogyakarta), rambut ngore, kepala berhias pogogan kecil, kalung wulan tumanggal, berkelatbahu, gelang tangan dan kaki, sor-soran jangkah (Surakarta); bokongan sembuliyan (Yogyakarta).

 

Keterangan        :

Raden Abimanyu merupakan anak dari Raden Arjuna atau Raden Janaka dengan Dewi Wara Sumbadra. Dia merupakan seorang kesatria yang berparas tampan dan bertabiat halus. Perilaku dan budi pekertinya baik dengan gaya bicara yang berterus terang. Tabiatnya yang halus juga dilengkapi dengan perasaannya yang cugetan yakni mudah tersinggung dan keras hati. Sebagai seorang kesatria ia berwatak pemberani, bercita-cita tinggi dan penuh rasa tanggung jawab. Raden Abimanyu juga seorang kesatria yang tekun bertapa, dan gemar mengembara. Dia juga ahli berperang dengan penguasaan seni bela diri dan ulah kridhaning gegaman, khususnya jemparing atau senjata panah.  Ketekunan, kegemaran dan kemahirannya ini diturunkan dari ayahnya yang tersohor sebagai satria panengahing Pandhawa, sang lananging jagad. Pertalian darah dari dua wangsa besar mengalir dalam tubuhnya, yakni alur Ngastina dari ayah dan alur Mandura dari ibu.

Abimanyu gaya Surakarta Klasik
Sumber gambar klik di sini

Raden Abimanyu kerap mendapatkan wahyu dari para dewa, diantaranya Wahyu Widayat dan Wahyu Cakraningrat. Wahyu Widayat didapatkannya saat dia dilahirkan sebagai wahyu pengetahuan, sedangkan Wahyu Cakraningrat didapatkan ketika dia sudah beranjak remaja. Wahyu Cakraningrat merupakan wahyu ratu, sehingga menjadikan Raden Abimanyu sebagai pancering ratu tanah Jawa. Dari sekian banyak putra Arjuna, dia merupakan putra yang digadang-gadang untuk menjadi raja. Sayangnya, umurnya tidak panjang. Umurnya hanya mencapai enam belas tahun, sebagaimana janji Dewa Warcas saat hendak bereinkarnasi ke dalam kelahiran Raden Abimanyu. Peristiwa kematiannya sangat menyedihkan, sebagaimana dikisahkan dalam salah satu episode perang Bratayuda yakni lakon “Ranjapan”.

Abimanyu gaya Yogyakarta Klasik
Sumber gambar klik di sini

Kematian Raden Abimanyu merupakan puncak perjalanan karmaphala dalam kehidupannya. Berawal dari janji Dewa Warcas sebelum Abimanyu dilahirkan, kemudian diakhiri dengan kematiannya pada umur enam belas tahun. Jalan kematian Raden Abimanyu di awali dari peristiwa pernihakannya yang ke-dua dengan putri Negara Wiratha bernama Dewi Utari. Sebenarnya, Dewi Utari kapernah nenek bagi Raden Abimanyu (baca; Utari). Sebuah motif balas jasa dari Prabu Matswapati kepada Raden Arjuna menjadikan pernikahan antara Raden Abimanyu dengan Dewi Utari diselenggarakan. Akan tetapi, pernikahan tersebut diwarnai dengan sebuah rahasia yang tidak diketahui Dewi Utari, yakni Raden Abimayu sudah beristri Dewi Siti Sundari.

Rahasia tentang status Raden Abimanyu yang sudah beristri terbongkar sesaat ketika pernikahan usai dilangsungkan. Terbongkarnya rahasia yang disembunyikan menyebabkan kematian Kala Bendana yang masih memiliki hubungan kerabat sebagai paman, dan sumpah Raden Abimanyu (baca Kala Bendana). Raden Abimanyu bersumpah bahwa kebohongan yang telah dilakukan akan ditebusnya dengan kematian yang memilukan pada sebuah perang besar. Para dewa menyaksikan dan mengabulkan sumpah tersebut dengan pertanda sebuah gejala alam yang dahsyat, yakni badai petir yang berlangsung sesaat. Dewi Utari sangat menyesali sumpah yang telah diucapkan suaminya tersebut.

Peristiwa gugurnya Abimanyu.
Sumber gambar klik di sini


            Sumpah mati dalam sebuah perang besar akhirnya menjadi kenyataan. Saat berlangsungnya perang Bratayuda di hari ke enam belas, pasukan koalisi Pandhawa di bawah senapati perang Raden Desthajumna kocar-kacir. Strategi perang pihak Kurawa di bawah komando Pandhita Durna berhasil memecah kekuatan pasukan pihak Pandhawa, sehingga pihak Pandhawa diujung kekalahan (baca: Bratayuda). Pada situasi genting tersebut, Prabu Bathara Kresna memerintahkan agar Raden Abimanyu turun ke medan pertempuran. Raden Abimanyu yang semula sengaja disimpan agar keselamatannya terjaga, akhirnya turun ke medan laga bersama adiknya yang bernama Raden Sumitra. Keberangkatannya menuju medan laga diikuti oleh segenap putra Madukara lainnya.

Pandhita Durna mengetahui putra Arjuna telah turun ke pertempuran. Sebagai senapati agung, Pandhita Durna telah menyiapkan formasi pertempuran Cakrabyuha yang terbukti mampu menghancurkan kekuatan kubu Pandhawa. Raden Abimanyu mampu merusak formasi tersebut, kemudian berhasil menerobos masuk ke dalam inti formasi. Setibanya di dalam inti formasi, celah-celah kekuatan pasukan musuh menutup rapat. Raden Abimanyu terkepung di tengah Cakrabyuha yang dahsyat itu, namun sayangnya Raden Abimanyu belum menguasai cara keluar dari formasi tersebut. Raden Abimanyu bertempur dengan gagah berani, sehingga musuh-musuhnya kuwalahan. Setelah Raden Sumitra mati, Pandhita Durna memerintahkan para Kurawa untuk mengeroyok Raden Abimanyu.

Ratusan senjata menghujani Raden Abimanyu yang berjuang seorang diri. Pada akhirnya, tubuhnya yang ramping itu bersolek limpung dan mosala, kemudian ratusan panah dan puluhan tombak menghiasi tubuhnya yang mulai kepayahan. Melihat Raden Abimanyu terluka seperti seekor landak yang bermandikan darah, putra mahkota Hastina; Raden Sarojakusuma datang menghampiri. Ia bersumbar dan hendak mengakhiri hidup Raden Abimanyu. Akan tetapi, Raden Abimanyu berhasil menghunuskan keris ke arah Raden Sarojakusuma hingga tewaslah putra mahkota Hastina itu. Raden Jayadrata adik ipar raja Hastina marah, kemudian segera turun tangan. Pusaka Gada Kyai Glinggang pun disambarkan tepat ke kepala putra Arjuna. Akhirnya, Raden Abimanyu gugur sebagai pahlawan di pihak Pandhawa yang menyisakan kesedihan mendalam bagi pihak Pandhawa.


Jumat, 17 Juli 2020

Tentang Wayang Studies Ensiklopedia




Apa Wayang Studies Ensiklopedia?

 Wayang Studies Ensiklopedia merupakan blog bertema ensiklopedia wayang virtual yang dipersembahkan oleh Wayang Studies via blogger. Berisi himpunan informasi yang berkaitan tentang wayang dengan disusun menurut abjad dengan fitur labelisasi blog.

Apa manfaat Wayang Studies Ensiklopedia?

Wayang Studies Ensiklopedia diharapkan dapat memberikan informasi secara mudah dan cepat diakses oleh peminat seni wayang yang sedang mencari informasi seputar wayang. Sayangnya blog ini masih jauh dari sempurna, bahkan lebih tepat dikatakan sebagai sebuah rancangan. Blog ini belum menjamin kelengkapan informasi karena segala keterbatasan yang dimiliki. Selain itu, penulisan konten yang bertahap turut menjadikan sebab dari kelengkapan informasi yang disajikan. Kelengkapan informasi akan berkembang sejalan dengan perkembangan konten yang disajikan secara bertahap.

Bagaimana cara menggunakan Wayang Studies Ensiklopedia?

Pembaca dapat langsung membaca setiap artikel yang tersaji sebagaimana artikel-artikel blogger pada umumnya. Akan tetapi, pembaca dapat menggunakan daftar label atau kolom pencarian dengan memasukkan huruf awal dari hal yang dicari. Sebagai misal, pembaca akan mencari informasi mengenai "Arjuna", maka pembaca dapat mengakses label abjad "A" yang tersedia. Pembaca juga dapat memasukkan kata "Arjuna" di kolom pencarian. 

Semoga blog ini dapat bermanfaat. Besar harapan kami agar blog ini dapat berkembang, sehingga saran membangun sangat diharapkan. Tidak lupa Wayang Studies Ensiklopedia berterima kasih kepada pembaca yang telah berkenan mengakses dan mengapresiasi blog ini. 

Untuk informasi berkaitan pengetahuan wayang, pembaca dapat mengakses Wayang Studies Home Blog dalam kelas wayang yang disajikan melalui link di bawah ini.

Terima kasih pula pembaca berkenan mengikuti dan meng-share blog ini. Semoga kesehatan, keselamatan dan segala anugerah yang kuasa kian tercurah untuk para pembaca. Selanjutnya, izinkan kami menyapa dengan "sobat studies".

Salam studies,

Wayang Studies
Andi Wicaksono, S.Sn., M.Sn.